Kamis, 29 September 2011

Lembaga Sosial

Pengertian Lembaga Sosial

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas - aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Istilah lain yang digunakan adalah bangunan sosial yang diambil dari bahasa Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi tersebut.
Fungsi lembaga sosial adalah untuk memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok, menjaga keutuhan dari masyarakat, sebagai paduan masyarakat dalam mengawasi tingkah laku anggotanya.
Perkembangan Lembaga Sosial
Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto lembaga sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma - norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.
Mula - mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama - kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.

Sejumlah norma - norma ini kemudian disebut sebagai lembaga sosial. Namun, tidak semua norma - norma yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial karena untuk menjadi sebuah lembaga sosial sekumpulan norma mengalami proses yang panjang.
Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau institutionalized, yaitu proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku yang mapan itu terjadi. Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/lembaga yang akhirnya harus menjadi paduan dalam kehidupan bersama.


Proses Pembentukan Lembaga Sosial

Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubungan dengan ”seperangkat aturan/norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk menyebutkan seperangkat aturan/norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog, dengan menekankan sistem nilainya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.
Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma - norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan - aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.
Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
  1. Diketahui
  2. Dipahami dan dimengerti
  3. Ditaati
  4. Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yang tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tata tertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya unsur - unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas - aktivitas untuk memenuhi kompleks - kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah - istilah tersebut. Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma - norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses - proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan - hubungan tersebut serta pola - polanya, sesuai dengan kepentingan - kepentingan manusia dan sekelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita - cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai fungsi bagi kehidupan sosial. Fungsi - fungsi tersebut antara lain:
  1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.
  2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
  3. Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya.
Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.


Tipe - Tipe Lembaga Sosial

Lembaga sosial mempunyai tujuan umum yang sama, yakni mengatur warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi apabila dirinci lebih lanjut, karena kebutuhan hidup itu juga bermacam - macam maka bermacam-macam pula keberadaan lembaga sosial. Oleh karena itu di dalam masyarakat dijumpai lembaga sosial yang bermacam - macam tipologinya.
Gillin dan Gillin (1954) mengemukakan tipe - tipe lembaga sosial (dikutip oleh Koentjaraningrat, juga oleh Soerjono Soekanto) sebagai berikut :

Lembaga sosial berdasarkan perkembangannya

  • Crescive institutions adalah lembaga sosial yang secara tidak sengaja tumbuh dari kebiasaan masyarakat. Misalnya : tata cara perkawinan, norma - norma kesopanan, dan berbagai upacara adat yang sering dilakukan oleh masyarakat adat.
  • Enacted institutions adalah lembaga sosial yang sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, keuangan, kesehatan dan kebutuhan manusia lainnya. Misalnya : untuk memenuhi kebutuhan pendidikan maka dibentuk lembaga sosial yang disebut sekolah. Sekolah berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan.

Lembaga sosial berdasarkan nilai/kepentingan yang diterima masyarakat

  • Basic institutions adalah lembaga sosial yang dianggap penting dalam upaya pengawasan terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya Negara Indonesia melalui pemerintahannya yang akan selalu melindungi rakyatnya, untuk itu dibentuk lembaga sosial yang dinamakan Pemerintahan RI yang diwakili oleh Presiden dan Wakil Presiden.
  • Subsidiary institutions adalah lembaga yang dianggap kurang penting. Misalnya lembaga sosial yang memberikan sarana refreshing seperti tempat.

Lembaga sosial berdasarkan penerimaan masyarakat

  • Approved institutions adalah bentuk lembaga sosial yang diterima secara umum oleh masyarakat. Misalnya, adanya lembaga peradilan yang berfungsi untuk mengurangi dan mengadili para pelaku penyimpangan sosial.
  • Unsanctioned institutions adalah bentuk lembaga sosial yang secara umum ditolak oleh masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti adanya pusat perjudian yang akan memberikan dampak negative terhadap pelaku dan masyarakat sekitarnya.

Lembaga sosial berdasarkan faktor penyebarannya

  • General institutions adalah bentuk lembaga sosial yang diketahui dan dipahami masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan agama sebagai pedoman hidup manusia maka dibentuklah lembaga agama.
  • Restricted institutions adalah bentuk lembaga sosial yang hanya dipahami oleh anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam, kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya, yang pelaksanaan ajaran agama itu hanya dipahami oleh pemeluk ajaran agama yang bersangkutan.Contohnya Kewajiban sholat lima waktu bagi Umat Islam dan Beribadah ke gereja bagi Umat Kristen.

Lembaga sosial berdasarkan fungsinya

  • Cooperative institutions adalah bentuk lembaga sosial yang berupa kesatuan pola dan tata cara tertentu. Misalnya lembaga yang mengurusi industri seperti pabrik tekstil yang memiliki pola produksi dalam memasarkan produknya.
  • Regulative institutions adalah bentuk lembaga sosial yang bertujuan mengatur atau mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma yang berkembang di masyarakat. Misalnya lembaga hukum yang berfungsi untuk mengawasi melaksanakan dan menegakkan hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan).

Hubungan Antar Lembaga Sosial

Dalam masyarakat yang heterogen terdapat berbagai jenis lembaga sosial dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sebagai contoh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan satu kesatuan dari struktur yang terdapat dalam masyarakat, yang terdiri dari berbagai macam lembaga sosial, stratifikasi sosial, nilai dan norma sosial, dan kelompok - kelompok sosial.

Pada masyarakat Indonesia akan terlihat berbagai macam lembaga sosial yang ada, seperti halnya lembaga pendidikan, keluarga, rekreasi, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Hubungan antara lembaga sosial dalam masyarakat tidak selalu sejalan dan serasi. Ketidakcocokan antara berbagai lembaga sosial dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat. Misalnya kebiasaan merokok. Norma dalam lembaga kesehatan menekankan untuk menghindari kebiasaan merokok tersebut karena berdampak pada masalah kesehatan. Tetapi berbeda dengan lembaga ekonomi yang justru menekankan norma yang berbeda. Berkembangnya industri rokok, berarti akan berdampak pada peluasan lapangan kerja, peningkatan penerimaan pajak oleh negara, dan pembangunan sekolah serta rumah sakit oleh pemerintah sebagai konsekuensi dari pajak yang diterima.

Hubungan antara lembaga sosial tertentu dengan lembaga sosial yang lain tidak selalu sejalan. Apabila tidak disadari secara arif, maka akan menimbulkan konflik antar lembaga sosial tersebut. Untuk mengatasi hal demikian, maka diperlukan komunikasi antar lembaga sosial yang saling berseberangan sehingga ditemukan solusi yang paling tepat. Dalam kasus lembaga industri rokok dengan lembaga kesehatan sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka diperlukan adanya komunikasi yang mengarah pada upaya bagaimana industri rokok berkembang tetapi tidak menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.

Sebagaimana penjelasan di muka, bahwa terbentuknya lembaga sosial adalah karena adanya kebutuhan pokok masyarakat yang menuntut adanya wahana sebagai upaya pemenuhan. Oleh karena itu, lembaga sosial bukanlah suatu hal yang tetap atau langgeng, melainkan akan berubah sesuai dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan antar-lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat adakalanya perubahan yang sifatnya cepat tidak dapat diikuti oleh lembaga lain. Hal ini akan berdampak pada adanya kesenjangan budaya (culture lag).

Perkembangan yang cepat dalam media massa, terutama media elektronik yang menyebabkan banyaknya penyimpangan sosial, hal ini tidak disertai dengan pendidikan moral yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga keluarga. Akibatnya, terjadi ketimpangan sosial yang semakin jauh dari apa yang diharapkan tentang tatanan sosial.


Peran dan Fungsi Lembaga Keluarga, Agama, Pendidikan, Politik - Ekonomi


Lembaga Keluarga

Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga institusi pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.

Proses terbentuknya Keluarga

Pada umumnya keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah dengan proses seperti dibawah ini :
  1. diawali dengan adnya interaksi antara pria dan wanita
  2. Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga terjadi proses perkawinan.
  3. Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti
  4. Untuk mendapatkan keturunan untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
  5. Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.

Tujuan Perkawinan

  1. Untuk mendapatkan keturunan
  2. Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita
  3. mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
  4. Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.

Fungsi Keluarga

  • Fungsi Reproduksi artinya dalam keluarga anak-anak merupakan wujud dari cinta kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan keturunannya.
  • Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer harus mampu menerapakan nilai dan norma masyarakat melalui keteladanan orang tua.
  • Fungsi afeksi artinya didalam keluarga diperlukan kehangatan rasa kasih saying dan perhatian antar anggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai makluk berpikir dan bermoral (kebutuhan integratif) apabila anak kurang atau tidak mendapatkannya , kemungkinan ia sulit untuk dikendalikan nakal, bahkan dapat terjerumus dalam kejahatan.
  • Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai kewajiban ekonomi seluaruh keluarganya . Ibu sebagai sekretaris suami didalam keluarga harus mampu mengolah keuangan sehingga kebutuahan dalam rumah tangganya dapat dicukupi.
  • Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling melakukan control atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga .
  • Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat diperlukan keluarga terutma anak , sehigngga anak akan merasa aman hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari berbagai ancaman fisik mapun mental yang dating dari dalam keluarga maupun dari luar keluarganya.
  • Fungsi pemberian status artinya bahwa melalui perkawinan seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat yaitu suami atau istri. Secara otomatis mereka akan diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak dan masyarakatnya.

Lembaga Agama

Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ia memberikan landasan normatif dan kerangka nilai bagi kelangsungan hidup umatnya. Ia memberikan arah dan orientasi duniawi di samping orientasi ukhrowi (eskatologis). Dalam konteks ini, secara sosiologis agama merupakan sistem makna sekaligus sistem nilai bagi pemeluknya. Tetapi di era modern ini peran agama tergeser oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama tidak lagi memiliki peran dominan dalam domain sosial kemasyarakatan. Justru Ia ditempatkan ke dalam wilayah privat, sementara wilayah publik diserahkan kepada manusia itu sendiri. Hal ini terjadi menurut beberapa pengamat karena proses sekularisasi. Di Indonesia gejala ini mulai tampak, terutama di kalangan kelas menengah. Persoalan ini secara deskriptif dikupas dalam penelitian ini.
Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini berusaha menelusuri perubahan persepsi masyarakat muslim kelas menengah di Jakarta akibat sekulansasi terhadap peran agama serta faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Kelas menengah dalam penelitian ini meliputi kalangan ilmuan (dosen/peneliti), jumalis, pengusaha, dan pakar sosial keagamaan.
Dan hasil penelitian terungkap bahwa telah terjadi perubahan persepsi masyarakat muslim kelas menengah terhadap peran agama. Mereka memandang peran agama terutama yang dimainkan tokoh agama semisal kyai dan ustadz mengalami penurunan relatif menonjol. Hal ini terlihat dalam kemampuan mereka mempengaruhi masyarakat. Di samping itu, otoritas, penghargaan sosial, dan kredibilitas mereka juga dipertanyakan. Temuan lainnya yang menarik adalah bahwa mereka menganggap organisasi - organisasi keagamaan baik formal maupun informal- semisal Depag, MUI, NU, dan Muhammadiyah tidak signifikan lagi karena dipandang cenderung membawa suara pemerintah. Justru sebaliknya, mereka menaruh minat terhadap kelompok - kelompok pengajian semisal Paramadina karena memberikan ruang untuk memahami agama secara ilmiah.
Meskipun demikian, dalam praktek ekonomi penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat kelas menengah muslim belum melaksanakan norma - norma agama sepenuhnya. Karena mereka belum memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam. Maka akibatnya masih terlihat perilaku menyimpang semisal KKN, ketidakjujuran, sikap manipulatif, dan lain - lain. Ini dipengaruhi oleh: Pertama kekurang-pahaman mereka terhadap ajaran Islam di samping faktor kepribadian yang diwarnai oleh pikiran, sikap, dan tindakan yang "westernized". Kedua, kadar pro fesionalitas tokoh agama yang relatif kurang mampu memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakat kelas menengah.


Lembaga Pendidikan


Lembaga Pendidikan Keluarga

Sebagai transmisi pertama dan utama dalam pendidikan, keluarga memiliki tugas utama dalam peletakan dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Dikatakan pertama karena keluarga adalah tempat dimana anak pertama kali mendapat pendidikan. Sedangkan dikatakan utama karena hampir semua pendidikan awal yang diterima anak adalah dalam keluarga. Karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai pendidikan sejak manusia itu ada. Ayah dan ibu sebagai pendidik, dan anak sebagai terdidik. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.


Pengalaman Pertama Masa Kanak - Kanak
Pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan pribadinya. Kehidupan keluarga sangat penting, sebab pengalaman masa kanak-kanak akan memberi warna pada perkembangan selanjutnya.

Menjamin Kehidupan Emosional Anak
3 hal yang menjadi pokok dalam pembentukan emosional anak, adalah :
  • Pemberian perhatian yang tinggi terhadap anak, misalnya dengan menuruti kemauannya, mengontrol kelakuannya, dan memberikan rasa perhatian yang lebih.
  • Pencurahan rasa cinta dan kasih sayang, yaitu dengan berucap lemah lembut, berbuat yang menyenangkan dan selalu berusaha menyelipkan nilai pendidikan pada semua tingkah laku kita.
  • Memberikan contoh kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi anak, yang diharapkan akan menumbuhkan sikap kemandirian anak dalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Seperti pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Anak akan selalu berusaha menirukan dan mencontoh perbuatan orang tuanya. Karenanya, orang tua harus mampu menjadi suri tauladan yang baik. Misalnya dengan dengan mengajarkan tutur kata dan perilaku yang baik bagi anak-anaknya.

Memberikan Dasar Pendidikan Sosial
Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam kehidupan sosial merupakan satu tempat awal bagi anak dalam mengenal nilai - nilai sosial. Di dalam keluarga, akan terjadi contoh kecil pendidikan sosial bagi anak. Orang tua sebagai teladan, sudah semestinya memberikan contoh yang baik bagi anak - anak. Misalnya memberikan pertolongan bagi anggota keluarga yang lain, menjaga kebersihan dan keindahan dalam lingkungan sekitar.

Peletakkan Dasar - Dasar Keagamaan
Masa kanak-kanak adalah masa paling baik dalam usaha menanamkan nilai dasar keagamaan. Kehidupan keluarga yang penuh dengan suasana keagamaan akan memberikan pengaruh besar kepada anak. Kebiasaan orang tua mengucapkan salam ketika akan masuk rumah merupakan contoh langkah bijaksana dalam upaya penanaman dasar religius anak.

Tanggung Jawab Keluarga
  1. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Hubungan yang tidak didasari cinta kasih akan menimbulkan beberapa sifat negatif bagi perkembangan anak. Begitu pula, tidak cukupnya kebutuhan anak akan kasih sayang akan membuat anak selalu merasa tertekan dan ragu dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
  2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Usia anak yang masih dini akan cukup membantu orang tua dalam penanaman sikap-sikap hidup. Rasa ingin tahu anak akan menghasilkan pengetahuan yang asli dan berakar bagi anak. Keluarga harus mampu menggunakan masa ini untuk betul-betul membentuk kepribadian awal anak sebagai anggota keluarga.
  3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat yang sejahtera dibentuk dari keluarga-keluarga yang sejahtera pula. Keluarga merupakan awal perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, karena itu keluarga mempunyai tanggung jawab membentuk masyarakat yang sejahtera.
  4. Memelihara dan membesarkan anaknya. Ikatan darah dan batin antara orang tua dan anak akan memberikan dorongan alami bagi orang tua untuk betul-betul mendidik anak menjadi apa yang mereka inginkan.
  5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.

Lembaga Pendidikan Sekolah

Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik anaknya, maka dipercayakanlah tugas mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih ahli dalam lembaga pendidikan formal, yaitu guru. Sekolah sebagai wahana pendidikan ini, menjadi produsen penghasil individu yang berkemampuan secara intelektual dan skill. Karenanya, sekolah perlu dirancang dan dikelola dengan baik. Karakteristik proses pendidikan di sekolah, antara lain :
Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenis jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.

  • Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen
  • Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan
  • Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
  • Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan di masa yang akan datang.
Sekolah lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh dan untuk masyarakat. Sekolah berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara.


Fungsi Lembaga Pendidikan Sekolah
  1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak didik
  2. Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran
  3. Efisiensi. Pendidikan dilakukan dalam program yang tertentu dan sistematis, juga jumlah anak didik dalam jumlah besar akan memberikan efisiensi bagi pendidikan anak dan juga bagi orang tua.
  4. Sosialisasi, yaitu proses perkembangan individu menjadi makhluk sosial yang mampu beradaptasi dengan masyarakat.
  5. Konservasi dan transmisi kultural, yaitu pemeliharaan warisan budaya. Dapat dilakukan dengan pencarian dan penyampaian budaya pada anak didik selaku generasi muda.
  6. Transisi dari rumah ke masyarakat. Sekolah menjadi tempat anak untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab anak sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat.

Peranan Lembaga Pendidikan Sekolah
  1. Tempat anak didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru dan dengan karyawan.
  2. Tempat anak didik belajar mentaati peraturan sekolah.

Lembaga Pendidikan Masyarakat

  • Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
  • Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah atau drop out
  • Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek
  • Peserta tidak perlu homogen
  • Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
  • Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
  • Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.


Lembaga Politik - Ekonomi


Lembaga Politik

Sebagai lembaga politik, setiap negara menyelenggarakan fungsinya sebagai negara. Adapun fungsi negara adalah sebagai berikut:

  • Melaksanakan penertiban dan keamanan negara, dimana untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah terjadinya disintegrasi bangsa maka negara harus berperan melaksanakan penertiban.
  • Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
  • Pertahanan.
  • Menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan peradilan.
Sedangkan menurut Mac Iver, fungsi negara dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

  • Ketertiban.
  • Perlindungan.
  • Pemeliharaan dan perkembangan.
Sementara lembaga politik sebagai pelaksana dari kekuasaan, memiliki fungsi - fungsi sebagai berikut.

  • Membentuk norma-norma kenegaraan berupa undang-undang yang disusun oleh legislatif.
  • Melaksanakan norma yang telah disepakati.
  • Memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, keamanan, dan lain sebagainya.
  • Mempertahankan kedaulatan suatu negara dari serangan bangsa lain.
  • Menumbuhkan kesiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan bahaya.
  • Menjalankan diplomasi untuk berhubungan dengan bangsa lain, dan lain sebagainya.

Lembaga Ekonomi

Ekonomi adalah segi yang vital dalam menunjang kehidupan masyarakat di suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus didapat oleh individu dalam mempertahankan hidupnya. Masyarakat yang memiliki tingkat kenyamanan pasti memiliki sistem perekonomian yang sempurna yaitu ada keseimbangan antara kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Oleh karena itu untuk menjaga tingkat kesempurnaan maka dibentuknya lembaga ekonomi.
Peran dan fungsi lembaga ekonomi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

  • Menjaga kesetabilan kegiatan ekonomi dalam masyarakat.
  • Mengusahakan terpenuhinnya kebutuhan hidup setiap individu dalam masyarakat.
  • Mengatur pendistribusian kebutuhan dalam masyarakat.
  • Menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang bersifat ekonomi dalam masyarakat.                  
sumber: www.crayonpedia.org

    PERUBAHAN SOSIAL

    Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
    Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi  istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.

    A. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya

    Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.

    1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

    Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi.
    a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
    b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
    c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
    d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
    e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
    Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya.

    2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

    Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

    3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan

    Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
    Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.

    4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

    Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
    a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
    Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
    1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
    2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
    3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
    4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
    b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
    Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
    1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
    2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
    3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.

    B. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya

    1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan

    a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
    Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
    b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju
    Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
    c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
    Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
    d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
    Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
    e . Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
    Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
    f . Heterogenitas Penduduk
    Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
    g . Orientasi ke Masa Depan
    Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
    h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
    Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
    i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
    Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

    2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan

    a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
    Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
    b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
    Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
    c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
    Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
    d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
    Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
    e . Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
    Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
    f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
    Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
    g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
    Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
    masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
    h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
    Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
    i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
    Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.

    C. Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya

    Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
    1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
    2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
    3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
    4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
    Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
    1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
    2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
    3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
    4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.

    D. Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya

    Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.  Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.
    sumber : www.crayonpedia.org

    Selasa, 24 Mei 2011

    DINAMIKA LEMBAGA

    Perubahan...itulah sebuah kata yang tak bisa terelakkan dalam sebuah perjalanan hidup manusia atau pun masyarakat. Perubahan ini ada yang cepat dan yang lambat. Pada sebuah tujuan lembaga pastilah yang dikehendaki adalah perubahan kedepan dengan lebih baik, walau pun perubahan ke arah yang dianggap baik itu sudah barang tentu menimbulkan dampak entah positif dan negatifnya. Misalnya, seiring dengan perubahan dan kemajuan dibidang teknologi, menjadi sebuah fenomena yang luar biasa. Akan tetapi dampak yang dirasakan tak selalu positif. Dengan kemajuan teknologi manusia dapat terbantu dalam mengatasi masalahnya, namun disamping itu dengan kehadiran teknologi juga menimbulkan masalah baru bagi manusia.
    Demikian pula yang terjadi dalam sebuah dinamika lembaga. Seiring dengan ingin mencapai kemajuan tentunya tak terhindar dari yang namanya masalah. Dengan banyaknya personil yang berbeda status, latar belakang budaya, dsb, itu akan menambah warna dan lebih mempercepat proses kemajuan. Karena dengan semakin banyaknya warna tadi, banyak sekali sumbangsih yang diberikan dan selalu muncul ide2 segar.
    Bila dalam sebuah lembaga terjadi pergesekan antar penghuni, gosip, isu, hal itu sudah menjadi sesuatu yang wajar. Pada dasarnya dari peristiwa2 itu tentunya yang diinginkan adalah sebuah perubahan, dengan hal itu pula ada kontrol sosial serta pengendalian sosial.
    Hanya saja, dalam sebuah lembaga pasti ada saja oknum yang berwatak penjilat, pengecut, pendobrak, inovator, atau yang hanya adem ayem saja seakan tak perduli, dll. Itulah yang saya sebut dengan "warna".
    Maka solusinya adalah mencari titik kesetimbangan dalam sebuah lembaga, agar tetap terjaga harmonisasi, ritme dalam keseharian beraktivitas supaya dinamika tadi tidak mengarah kepada disintegrasi, melainkan menjadi integrasi yang solid demi memajukan dan atas dasar kebersamaan dan rasa saling memiliki.
    Sulit untuk mencapai kata sempurna, akan tetapi jika dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab mudah-mudahan akan terlaksana. Jauhkan rasa dari negatif thinking, dengki dan saling mencurigai. Kalau ini terus terjadi, maka yang terlontar adalah kata GAWAT. selamat berkarya dan berbenah...maju terus

    Minggu, 03 April 2011

    Ini Pekerjaan atau "Penyiksaan"

    Sebuah kenyataan yang aneh, baru-baru ini saya mengalami kejadian yang sebenarnya menggelitik pikiran saya. Kok ada ya..karyawan diberikan tugas tapi bukan dianggap sebagai tanggungjawab karena sudah menjadi tugasnya tapi dianggapnya sebagai "penyiksaan". Padahal dengan adanya tugas sudah barang tentu berbanding lurus dengan penghasilan. Apa mental karyawan sekarang ini hanya maunya berduit banyak tapi ga mau kerja keras???...mungkin ini hanya anggapan ku saja, tidak semuanya karyawan seperti itu.Sebelumnya karyawan itu iri dengan rekannya karena dapat job tambahan, tapi setelah dia dapat giliran tambahan malah mengeluh sebagai penyiksaan, lalu..maunya apa siihhh. diberikan masukan, katanya nanti kerja dua kali...terlalu makan banyak waktu..pokoknya repotlah... Ini jelas terlihat pola pikir karyawan ini hanya sebatas dengkul alias semaunya sendiri. Apapun yang ngatur aku sendiri..hahaha..enak sekali ya ..memangnya dia itu bos apa..(seperti orang utan ngakunya orang).
    Penggalan tulisan tadi hanya cerminan kekecewaan aku dari sebuah kinerja yang jauh dari profesional, tidak menunjukkan abdi yang setia dan penuh loyalitas. Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman, penuh dengan kerjasama dan semangat membangun dan rasa memiliki yang tinggi. Pekerjaan ini juga ibadah, jika itu dilakukan dengan sungguh2 dan penuh tanggungjawab. Jadilah "kuli-kuli" yang benar.

    Senin, 14 Maret 2011

    Media yang Bernama TV

    Semakin maraknya industri media massa khususnya televisi memang menunjukkan perubahan sosial yang pesat. Dengan adanya media tersebut, audien bisa dengan mudah menikmati tayangan audio visual yang dikemas secara apik dan cepat. Namun, yang menjadi masalah adalah dampak dari media tersebut. Memang TV memiliki nilai positif, selain mudah juga audien dapat mengikuti arus informasi, hiburan, olahraga, dsb disaat santai dirumah maupun di tempat lain.Akan tetapi, hawa positif tadi juga membawa hawa negatif pula bagi pemirsanya, terutama bagi mereka yang sulit menginterpretasikan tayangan di TV. 
    Beberapa sisi negatif TV; antara lain : informasi yang disajikan terkadang cenderung provokatif, ini sangat membahayakan apabila pemirsa hanya mencerna mentah-mentah tayangan tersebut untuk bertindak sesuatu. TV dapat membius pemirsanya untuk berlama-lama di depan TV dan dapat dikatakan sebagai sebuah ritual nonton TV (karena dilakukan setiap hari dengan khidmat tanpa mau diganggu). Kita ambil contoh pada hiburan sinetron misalnya, dengan durasi waktu yang lama seolah-olah TV dapat membius pemirsanya untuk tidak beranjak dari tempatnya dan sangat kecewa sekali tatkala ada beberapa penggalan yang terlewati..karena memang disajikan begitu cepat. Padahal, kita bisa lihat sendiri, tayangan sinetron lebih kepada sandiwara saja yang cenderung lebay (hehe..ikutan istilah anak muda). Ini sangat rentan sekali jika pemirsanya disertai dengan tindakan imitasi (peniruan) dan juga identifikasi (identik sama) dengan yang dia idolakan dalam tokoh sinetron tersebut. Padahal dua perilaku tersebut sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang. Meniru dan identik sama boleh-boleh saja, asalkan masih dalam koridor positif. Kalau itu positif kenappa tidak kita tiru. Namun, disitulah terkadang kita tidak sadar bahwa yang kita tiru bukan positifnya saja, melainkan yang negatifnya pula. 
    Dengan beberapa contoh kasus diatas, maka sangat dipandang perlu audien harus dapat memilih mana tayangan yang benar-benar berguna, mendidik, serta memberikan pandangan yang luas pada cakrawala berpikir audien. Tayangan-tayangan yang hanya berbau popularitas, hedonisme, dan irasional saya kira tak perlu untuk diikuti. Terlebih bagi kalian yang notabene berstatus pelajar (intelektual muda). Pelajar harus kritis dan selalu berpikir rasional dalam berbagai hal. termasuk memilih tayangan TV, mana yang layak kita konsumsi dan mana yang tidak, sekiranya sesuai dengan kaidah nilai dan norma.
    Terimakasih untuk insan-insan televisi yang telah memproduksi tayangan-tayangan yang menarik, menghibur, serta edukatif, menjembatani kita pada keterbatasan ruang dan waktu.TV harus menjadikan media sosialisasi juga media perubahan yang baik. Semoga dari tontonan dapat menjadi tuntunan yang baik pula.

    Minggu, 06 Maret 2011

    Majemuk Rentan Konflik

    Indonesia.... Sejak prasejarah(suku), masa kerajaan Hindu-Budha dan Islam, masa kolonial hingga lahirnya Negara Republik Indonesia. Dari rentetan yang panjang itu lah sudah tercermin betapa majemuknya Indonesia. Indonesia sendiri tidak terbentuk dengan sendirinya, harus melalui proses integrasi yang begitu panjang. Dari sejak awal lahirnya negeri ini di tahun 45 sudah harus dilalui dengan konflik intern antara golongan muda dengan golongan tua (hingga terjadi peristiwa Rengasdengklok) dan akhirnya memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Ditengah-tengah masa menyatukan negeri ini sudah banyak teror dari dalam untuk memisahkan diri, sebut saja DI/TII, RMS-Permesta, dsb. Hingga kini Indonesia juga masih direpotkan dengan hal semacam itu. Belum lagi banyak konflik terjadi antara mayoritas dengan minoritas(agama), ras, etnis, belum lagi aksi-aksi makar dan anarkis. Memang betapa repotnya mengurus negeri ini.
    Terlebih akhir-akhir ini sangat sering sekali terjadi pertentangan terutama masalah agama (keyakinan). Banyak bermunculan aliran yang dianggap sesat. Akhir ini kita tengok masalah Ahmadiyah. Ahmadiyah dianggap sesat. Banyak sekali peristiwa di berbagai tempat terjadi perusakan bahkan jatuh korban karena aksi2 penyerangan kaum mayoritas yang menganggap kalau dirinyalah yang paling benar. Tetapi, didaerah lain (masih di Indonesia) terjadi perlakuan yang berbeda kepada kaum Ahmadiyah, tidak ada pelarangan aktivitas keagamaan mereka, tidak ada peperangan diantara mereka, bahkan hidup berdampingan tanpa mempersoalkan perbedaan prinsip. Waaauuww...luar biasa. Tapi, itulah kenyataan di kita, masalah agama sangat mudah sekali menyulut api konflik. Bahkan, saking dimusuhinya Ahmadiyah, pemeluk Ahmadiyah dikucilkan dan hak2 mereka sebagai warga negara seolah-olah hilang bahkan mungkin tidak ada. Dimana keberpihakan hukum (Undang-Undang) memberikan hak yang sama kepada warga negaranya. "Sesat" dalam hal ini ada pada koridor teologis sedangkan hukum tidak ada mengenal itu. Sulit memang kalau mencari pembenaran dalam masalah konflik ini.
    Itu tadi hanya satu dari sekian banyak kasus yang terjadi. Kita tinggalkan pembahasan kasus tadi ( kalau diteruskan nanti khawatir ada yang salah tafsir, disangka penulis berpihak ). Tadi penulis hanya berusaha menggambarkan sedikit realitas yang terjadi, jangan salah sangka yaaa...yaaa...peace..
    Majemuk itu memang indah, tapi dibalik keindahannya itu menyimpan sejuta misteri. Begitulah kira-kira ungkapannya. Indah yang dimaksud adalah banyak sekali warna dan budaya yang berbeda, Misteri yang dimaksud adalah rawan dengan konflik. Maka dari itu, mari kita lebih mawas diri. Sayangi sesama manusia (jgn melihat perbedaan warna kulit, suku, keyakinan, dll), sayangi sesama hidup dan selalu mengibarkan bendera perdamaian. Semoga negeri ini masih diwarnai dengan kehidupan yang penuh toleransi, dan di jauhkan dari segala pertentangan serta musibah. Amin.
    Tetaplah damai negeriku..toto tentrem kerto raharjo.

    Kamis, 03 Maret 2011

    Solidaritas

    Kebersamaan...
    Kata orang yang namanya sahabat/teman..kan slalu bersama dalam suka dan duka, ada pula yang mengatakan miliku-milikmu, milikmu milikku juga, dan sebagainya. boleh-boleh saja orang mengartikan lain makna teman/sahabat..yang jelas apapun itu (bukan teh botol sosro) mereka adalah orang yang ada disekitar kita, bahkan setiap hari selalu ada dengan kita.
    Kebersamaan, tdk harus dimaknai dengan seragam, dan selalu bersama dalam waktu ruang yang sama pula, tapi kebersamaan lebih kepada terjadi sinergi antara dua atau lebih individu atau kelompok.Misalnya; di lingkungan kita ini terdapat individu dari suku bangsa dan agama yang berbeda. Alangkah indahnya bila terwujud kebersamaan walau pun dari latar belakang yang berbeda. Ini yang sulit, kita terkadang terdorong rasa ego-sentris dan sentris-sentris yang lainnya. Merasa paling benar..paling..paling..dan se-paling-palingnya. Itulah biangnya perpecahan, seperti potret negeri sekarang2 ini. banyak sekali kasus kerusuhan akibat dari perbedaan tadi... Mereka hanya bisa toleransi dengan yang sama, tapi dengan yang sedikit beda atau jauh berbeda mereka hanya memandang sebelah mata (cenderung memusuhi). Memang sulit menciptakan kebersamaan dari berbagai perbedaan. Tapi jika kita memandang cakrawala yang lebih luas..mungkin bisa sama-sama kita telaah makna kebersamaan dari berbagai perbedaan. Mungkinkah...Kita kan selalu bersama...(penggalan dari mas Andre) jawabnya..mungkin saja hehehe...
    Salam... 

    Jumat, 25 Februari 2011

    Keteraturan

    Parkir...
    Memarkir sepeda motor atau kendaraan apa-pun dengan tertib dan teratur, selain indah dipandang juga dapat menciptakan sebuah kateraturan. Sesama pemilik kendaraan sama-sama saling menjaga dan menata supaya mempermudah keluar-masuk kendaraan.
    Namun, sayangnya pemandangan itu tidak bisa otomatis dilihat setiap hari. Kalau ada yang memerintah atau menyuruh menata rapi kendaraannya, barulah kendaraan tersebut dapat tertata rapi, tapi kalau tidak ada yang jaga atau memerintah...yaaa...kembali keselera asal (parkir sekarepe dewek), malang melintang tidak karuan. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran bersama, tanamkan pada individu masing-masing, bahwa keteraturan akan menimbulkan keindahan dan kenyamanan. Terlebih, siswa SMA bukanlah anak kecil lagi, melainkan remaja yang sudah mampu berpikir rasional dan kritis. Satu sama lain saling mengingatkan apabila ada yang lalai. Ciptakan suasana yang kondusif, tanpa rasa kecemasan terhadap keamanan kendaraan yang kalian bawa. 
    Itu hanya satu contoh realita sosial di lingkungan kita. Disisi yang lain masih banyak yang perlu kita benahi bersama. Kebiasaan-kebiasaan buruk sekecil apapun bentuknya dapat menjadi peruntuh semangat kita dalam melakukan dan meraih sesuatu. Ini adalah suasana pengajaran dan pendidikan...(yang baca ini khususnya warga SMAKRO), mari kita tingkatkan kepekaan dan kepedulian kita demi kemajuan dan membangun citra sekolah. 
    Dari deskripsi parkir tadi, semoga dapat menginspirasi kita semua (karena sudah bosan dengan pertanyaan disiplin, on time, macul, dsb). Hari gini masih mempertanyakan itu..haduuuhh..capek deh. kapan kita bisa berlari menyusul yang lain, tatkala kita masih selalu direpotkan dengan maslah itu. Bangun kebersamaan dan rasa memiliki diseluruh civitas akademika SMAKRO. Salam Kompak...

    Kamis, 24 Februari 2011

    Konsep Sosiologi Sebagai Metode

    Sosiologi sebagai metode adalah cara berpikir untuk mengungkapkan relaitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan sebara ilmiah (Ilmu pengetahuan). Karena salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah mengembangkan metode ilmiah.
                Metode ilmiah yang biasanya dipergunakan dalam Sosiologi adalah sebagai berikut:
    1). Metode Kualitatif
                Metode kualitatif terdiri atas tiga jenis yaitu :
         a) .Metode histori adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa silam.
              Contoh : untuk mengetahui dampak revolusi industri atau revolusi Perancis, kita  harus mempergunakan metode histori untuk mendapatkan bahan sejarah.  
         b). Metode komparatif adalah metode yang mempergunakan perbedaan dan persamaan beserta sebab akibatnya dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan masyarakat masa silam dan masa sekarang. Misalnya masyarakat tradisional dengan masyarakat modern.
         c). Metode studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari sedalam- dalamnya gejala atau kejadian nyata yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya maraknya tawuran antar desa dan antar suku di Indonesia.
    2). Metode kuantitatif
                Metode kuantitatif ini ada dua macam yaitu :
          a).  Metode Statistik  adalah metode yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala  sosial  dengan  perhitungan matematis atau dengan angka-angka. Misalnya : jumlah   penduduk di Indonesia meningkat 2% pertahun
          b). Metode Sosiometri adalah metode yang bertujuan untuk meneliti dan menggambarkan hubungan-hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat secara kuantitatif dengan angka. Misalnya angka pengangguran meningkat tajam pada massa krisis ekonomi global digambarkan dalam sebuah grafik.
    3). Metode induktif dan deduktif
          a). Metode induktif adalah metode yang dipergunakan untuk merumuskan suatu proses yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku secara khusus untuk kemudian dipelajari  dalam keadaan umum. Misal: Dita kelas X A nilainya bagus, Amir dan beberapa temannya nilainya bagus. Siswa kelas X A nilainya bagus-bagus.
          b). Metode deduktif adalah metode yang menggunakan suatu proses yang dimulai dari kaidah-kaidah umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus atau bagian-bagian. Misal :Lagu-lagu Pop di Indonesia sangat populer di Malaysia. Termasuk lagunya Piterpan, Ungu, Nidji, D-Masiv, Ahmad Dani, Padi dll semuanya bagus.
    4). Metode empiris dan rasionalistis
          a). Metode empiris adalah metode yang menyadarkan diri pada keadaan atau pengalaman nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yang diwujudkan melalui penelitian. Jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Jumlahnya meningkat, terlihat semakin padatnya lalu lintas di jalan raya.
          b). Metode rasional adalah metode yang mengutamakan logika atau rasio untuk memahami masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misal Bencana banjir yang melanda di Indonesia disebabkan hutan lindung dibabat habis oleh illegal loging.
    5). Metode fungsional
    Metode fungsional adalah metode yang bertujuan untuk meneliti sesuatu dari segi fungsi  atau  tujuannya dan hubungan balik yang saling mempengaruhi. Misalnya meneliti fungsi daun jambu berfungsi untuk obat sakit diare.
    6). Metode  Survey Lapangan (Observasi)
          Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang ada pada kehidupan   masyarakat  secara langsung. Data dapat diperoleh  melalui angket, wawancara atau observasi secara  langsung. Misalnya penelitian tentang adat istiadat suku Dayak di Kalimantan
    7). Metode Partisipasi
          Metode ini digunakan untuk mengadakan penelitian mendalam tentang kehidupan kelompok dengan cara berbaur dengan kehidupan kelompok sambil melakukan pengamatan secara langsung melalui cara  penyamaran. Misalnya :Penelitian tentang kehidupan pemulung dengan menyamar menjadi pemulung.